Nurmi Yamin
(duduk ) bersama anak didiknya yang sudah menjadi instruktur
|
Nurmi
Yamin adalah srikandi kelahiran Bima tanggal 22 Juni 1964 namun sudah sangat
lama mendiami Lombok Tengah sehingga tidak ada terpikir untuk pulang ke tanah
kelahirannya karena ibu Nur berprinsip “ dimana kaki berpijak disitulah harus
berbuat” sehingga hanya berpikir bagaimana para perempuan yang ada di desanya
maupun luar desa tempat tinggalnya mampu
untuk berkembang dan dapat berkarya untuk mandiri khususnya di Lombok Tengah
dan kabupaten lain secara umum. Penampilannya yang sederhana tapi terkesan anggun bersahaja tetap tegas
dalam sikap dan prinsip, dalam kesehariannya
biasa di sapa dengan Bunda atau Ibu Nur.
Ibu Nur tinggal di desa Teratak Kecamatan Batukliang Utara sejak tahun 1978 dan saat ini sudah hampir 34 tahun lamanya mendiami Lombok Tengah, datang ke Lombok hanya membawa ilmu dan tekad untuk menjadi perantau yang berhasil. Semangatnya selalu dikobarkan dipundaknya sehingga apapun kondisinya ibu Nur tidak mau menyerah, berusaha dan terus berusaha untuk bisa sampai pada impiannya.
Ibu Nur tinggal di desa Teratak Kecamatan Batukliang Utara sejak tahun 1978 dan saat ini sudah hampir 34 tahun lamanya mendiami Lombok Tengah, datang ke Lombok hanya membawa ilmu dan tekad untuk menjadi perantau yang berhasil. Semangatnya selalu dikobarkan dipundaknya sehingga apapun kondisinya ibu Nur tidak mau menyerah, berusaha dan terus berusaha untuk bisa sampai pada impiannya.
Tekad dan
semangat untuk maju membuatnya terus belajar dan belajar dan dengan berbekal
satu buah mesin jahit ibu Nur memulai niat dan usahanya, mesin yang digunakan
adalah mesin jahit yang disewa dan seringkali rusak disaat orderan lagi ada.
Sedih yang menggelayut selalu ditampakkan dengan senyum dihadapan anaknya
sehingga anak-anaknya tidak pernah tahu apa yang menjadi masalah dan pikiran
ibunda tercintanya. “Saya harus bisa, harus kuat dan harus maju” itulah
kata-kata yang selalu menyemangati setiap langkahnya sehingga ibu harus menepis
rasa malu karena setiap ada kegiatan di desa atau Kecamatan ibu Nur tidak
pernah absen untuk berpartisipasi hanya untuk menamba ilmu. Setiap kegiatan yang diadakan desa maupun
kecamatan selalu mendaftarkan diri dalam barisan terdepan dan apabila dari desa
maupun kecamatan tidak mengikutsertakan ibu Nur maka tanpa undangan pasti hadir
sekalipun hanya mendengarkan dari luar dan hal inilah yang membuatnya tidak
hanya sebagai penjahit tetapi juga perias pengantin dengan bayaran saat itu
sangat murah dan bahkan ada yang tidak membayar. Namun tidak dibayar tidak
membuatnya marah tetapi sebaliknya sehingga ibu Nur sangat dikenal dengan
keramahan dan keikhlasannya untuk membantu dari yang sangat kurang sampai
yang mampu. Itu semua dilakukan oleh ibu
Nur dengan tujuan yang bersanding pada peri bahasa “ Tak kenal maka tak
sayang”, intinya ilmu yang kita miliki harus dibagi dan jangan disimpan sendiri
atau dimasukkan dalam peti yang tidak akan berarti diakhir nanti.
Nurmi Yamin Saat mengawasi sekaligus mengarahkan instruktur
dan siswi yang ikut kursus tata rias
|
Kepribadiannya
yang selalu ingin membantu membuat sosok Ibu Nur sangat dikenal dari desa
sendiri maupun dari luar desa dan kecamatan. Kepandaiannya dalam menjahit dan
merias pengantin ditularkannya pada para perempuan desa yang tertarik dan mau
belajar sampai akhirnya ibu Nur mendirikan Modes yang diberi nama “LARIO
YUNALI” yang merupakan gabungan dari nama anak-anaknya. Perlu diketahui bahwa
saat ini Modes yang telah didirikan tersebut telah memiliki 100 buah mesin jahit dan membawa berkah tersendiri bagi ibu Nur karena
banyak anak-anak yang kurang mampu datang untuk belajar dan ibu Nur selalu
mengiyakan sekalipun sudah disampaikan bahwa tidak ada untuk membayar, tetapi
yang terpenting menurut ibu Nur sekedar bisa menjalankan mesin dan membawa
bahan sendiri dan beliau akan siap sedia untuk melatih sekalipun dalam kondisi
banyak pekerjaan karena kebanggaan yang dirasakan oleh ibu adalah disaat anak
didiknya behasil menjadi lebih dari dirinya.
Perjalanan waktu dan pengalaman hidup susah yang dijalani telah banyak memberikan semangat dan pemikiran untuk bertahan dengan sisa yang ada sampai akhirnya dapat mandiri dan menjadi besar seperti sekarang ini. Semua warga desa mengenalnya sebagai wanita tangguh, karena pahitnya hidup kala itu membuat ibu enam anak ini siap bekerja serabutan asalkan anak-anaknya bisa sekolah tinggi dan menjadi sarjana, dan saat ini impian itu telah dicapainya bahkan empat dari enam anak-anaknya telah menjadi pegawai negeri Sipil. Doa dan harapan yang selalu dipanjatkan agar apa yang pernah dialaminya jangan sampai dialami oleh anak-anaknya ataupun orang lain.
Hasil tat arias
peserta pelatihan dalam beberapa adat
|
Namun nasib
sebagai anggota dewan belum berpihak pada ibu Nur dan inipun tidak menyurutkan
langkahnya untuk terus membangun dan memajukan kaum perempuan karena apa yang
selama ini menjadi tujuan telah terjawab melalui PNPM-MPd yang menurut
pandangannya untuk perempuan Lombok Tengah sangat membutuhkan ketrampilan,
karena dengan memiliki ketrampilan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan
keluarganya.
Kiprahnya di
PNPM-MPd dimulai tahun 2004 sebagai wakil ketua dalam MAD (Musyawarah Antar
Desa), sebagai pengawas dan sebagai team Verifikasi pada tahun yang berbeda.
Tahun ini beliau sebagai ketua tim Verifikasi dan sebagai pengurus/pokja RBM
Kabupaten Lombok Tengah. Sampai saat ini ada ribuan siswa yang sudah dilatih termasuk
yang dilatih melalui Dikmas/PLS (Pendididkan Luar Sekolah), BLK (Balai Latihan
Kerja), Dinas Sosial dan Dinas terkait
lainnya serta PNPM-MPd. Siswa yang dilatih oleh Modes Lario Yunali tidak
sedikit yang berhasil bahkan ada yang sudah merantau ke luar Lombok Tengah
bahkan ada yang telah bekerja di Luar Negeri dengan bekal yang didapat dari
pelatihan secara privat di rumah ibu Nur maupun dari lembaga yang ada. Duduknya
Ibu Nur sebagai ketua tim dan pengurus lainnya dalam PNPM-Mpd dirasa sangat membantu karena selain
sosialisasi pada setiap pertemuan, beliau juga membantu untuk menghimbau serta
melakukan penagihan untuk
kelom[pok-kelompok yang menunggak tutur bendahara dan sekertaris UPK Kec.
Batujkliang Utara. Saat ini untuk melatih siswa-siswa didik yang ada hampir
disemua desa ibu Nur hanya sebagai pengawas sedangkan kegiatan yang berjalan
dikerjakan oleh anak-anak didiknya yang sudah bersertefikat sebagai instruktur.
Instruktur yang dimiliki oleh ibu Nur saat ini sebanyak 12 (dua belas) orang dan
enam dari dua belas orang sudah mampu untuk menyekolahkan anaknya sampai
perguruan tinggi Negeri maupun swasta yang ada di Mataram. Hal ini patut kita
jadikan contoh karena tanpa kita sadari sudah banyak perempuan-perempuan desa
yang menjadi mandiri. Kita berharap ke depan semakin banyak Nurmi Yamin baru
yang dapat membuka lapangan kerja yang mampu merubah pola pikir kaum perempuan
yang sampai saat ini masih terus menjadi pusat perhatian semua pihak.
Tetangga..,,
BalasHapus