25 Februari 2014

Pendekatan Budaya untuk Sosialisasi dan Meningkatkan Pastisipasi

Melalui pendekatan budaya, PNPM NTB dan PSF bersama Yayasan Kelola dan Komunitas Kreatif (KK) II, kembali melakukan sosialisasi dan mengupayakan peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan PNPM NTB. Bila KK I menggunakan media video partisipatif di Dusun Malaka, kali ini KK II yang merupakan lanjutan dari KK I, berkiprah dengan video partisipatif, sastra, musik, tari dan teater. Malam semakin larut, tapi keceriaan tak makin surut. Masyarakat Pemenang Timur dan sekitarnya tumpah ruah memenuhi halaman depan balai pelatihan yang dibangun PNPM MPd di Desa Pemenang Timur, Lombok Utara. Pentas seni yang digelar dan dilakukan oleh warga mereka sendiri, menyedot perhatian. Tak heran, karena di ajang ini, mereka bisa meluapkan isi hati dan pikiran mereka dalam ekspresi budaya. Bukan hanya orang dewasa, anak-anak dan remaja pun terlibat aktif dalam pementasan ini.
Ada yang menuangkannya ide dan uneg-unegnya melalui musik, video, sastra-puisi, tari dan teater. Acara berlangsung sejak pagi hingga acara puncak dilakukan malam harinya. Siang hari yang diguyur hujan lebat, hingga membuat becek lokasi pementasan tak menyurutkan warga untuk hadir menyaksikan dan mengisi acara. Dari anak-anak sampai nenek-kakek tidak melewatkan acara puncak berupa teater yang pemainnya adalah orang-orang yang mereka kenal, yaitu warga Pemenang Timur sendiri, khususnya warga Tebango Bolot. Yang dilakonkan dalam drama teater yang diberi judul ‘Senandung Merah dari Atas Bukit’ itu juga bukan fiksi, tetapi kenyataan yang mereka alami sehari-hari, disajikannya pun dalam bahasa lokal. Teater berkisah tentang buruknya jalan penghubung antar dusun, makin turunnya hasil pertanian mereka, sulitnya irigasi, jalan yang rusak hingga kesulitan dalam mendapatkan layanan kesehatan di dekat mereka tinggal. Di Dusun Tebango Bolot, beberapa ibu bahkan pernah harus melahirkan di jalan karena tidak adanya poskesdes dan layanan kesehatan di lingkungan mereka. “Cerita dalam drama teater ini adalah kisah nyata yang saya alami,” ujar Komang (32) yang berpartisipasi dalam drama ini. “Saya terpaksa melahirkan anak saya yang kedua ini dalam perjalanan, di tangga pura, karena tidak kuat lagi berjalan sampai ke poskesdes. Lokasi poskesdes jauh dari dusun kami, belum lagi lokasi Tebango Bolot yang jauh lebih tinggi dari dusun lain di Desa Pemenang Timur,” lanjutnya sambil memangku anak keduanya yang baru berumur 2 tahun.
Dengan adanya kegiatan seni ini, Yadi (38) dan Made (34) menyatakan bahwa mereka baru mengerti keberadaan PNPM MPd dan PNPM GSC, “Kami tidak pernah dilibatkan dalam musyawarah dusun maupun desa”, ujarnya. Lokasi Tebango Bolot Atas yang agak terpisah dan terjal, disinyalir menjadi sebab informasi itu tidak sampai. “Demikian juga bila ada musyawarah perempuan,” timpal Komang. “Padahal kalau tahu, pasti saya datang” Menurut Roni Setiawan, pendamping KK I dan KK II, kegiatan ini bukan semata-mata bertujuan untuk memproduksi karya seni, namun sebagai ekspresi kreatif yang diterapkan oleh para seniman untuk medium penyadaran warga dalam proses kegiatan PNPM MPd dan GSC. Sedangkan capaian akhir proses, berupa karya seni hasil kerja bareng warga dan seniman, merupakan media penyampai pesan warga atas masalah sosial yang sedang dihadapi di lingkungannya dan harapan mereka. “Festifal seni Desa Pemenang Timur merupakan pagelaran presentasi karya yang dihasilkan dari residensi seni yang dilaksanakan oleh sejumlah seniman Lombok,” jelas Roni. Secara khusus, kolaborasi seni ini juga mempertunjukkan tari sireh yang nyaris punah, kepada masyarakat umum agar tari tradisi sireh tetap dikenal. Bukan hanya teater, demikian juga masalah yang diangkat dalam video. Karya video yang dipamerkan mengangkat persoalan yang ada di sekitar lingkungan komunitas warga Muhajirin, seperti masalah sampah yang mengganggu kenyamanan dan kesehatan, perajin krupuk yang kekurangan modal, penambang pasir yang merusak lingkungan hingga fenomena pernikahan dini. Sementara dalam karya sastra, selain mengangkat masalah serupa, juga membidik masalah lain yang terjadi di Tebango Idik, yakni citra buruk warga karena kebiasaan minum minuman keras yang dilakukan warga di luar komunitas. Residen seni yang berakhir dengan kegiatan festival seni di Pemenang Timur ini merupakan upaya memperkuat proses pemberdayaan masyarakat, khususnya kelompo marjinal dengan menggunakan proses kreatif. Dengan cara ini, kelomok masyarakat marjinal ini mampu menyuarakan aspirasi serta meningkatan keterlibatannya dalam proses pembangunan desa, khususnya yang berkaitan dengan PNPM.

1 komentar:

  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus